Serangan untuk Ganjar Terlalu Receh

Memang sulit untuk menjadi seorang Ganjar Pranowo. Belum lagi melangkah jadi Calon Presiden, sudah diserang, ditembak dari segala arah agar tumbang.

Nama Ganjar sepanjang tahun 2022 lalu memang jadi perhatian. Catatan-catatan kerja dan prestasinya mendorong publik untuk mengapungkan nama Ganjar sebagai Calon Presiden.

Sosok Ganjar menjadi primadona. Kesan tegas, demokratis dan merakyat begitu melekat pada kader PDIP itu.

Dengan melihat Ganjar, publik jadi menyadari bahwa ia adalah sosok yang cocok untuk melanjutkan kerja Presiden Jokowi.

Bukan sekedar melanjutkan, tapi membuat kerja-kerja perubahan semakin progresif, berlari lebih cepat pada cita-cita Indonesia Emas.

Tapi bak pepatah lama, semakin tinggi pohon makin kuat pula terjangan anginnya. Masih berstatus sebagai sosok Capres terkuat secara defacto, Ganjar sudah dihantam.

Namanya diserang, dibanding-bandingkan dengan sosok lain yang muncul memakai aneka klaim, tapi hasil kerja malah tak tampak.

Ganjar dihantam dengan berbagai isu. Mulai dari yang kontekstual hingga isu yang bahkan tak masuk akal sama sekali.

Serangan-serangan itu terlalu receh, sebab tak cukup ampuh menggoyang namanya dari puncak elektabilitas Calon Presiden.

Seperti contohnya isu Wadas. Setelah menjadi bulan-bulanan lantaran kriminalisasi warga saat pengukuran lahan, Ganjar bisa membuktikan bahwa rencana penambangan di desa itu bisa berjalan.

Warga yang dulu menolak, akhirnya bisa melunak. Yang dulu keras mempertahankan lahan, kini malah kaya belindak lantaran uang ganti rugi atas lahan yang mereka terima.

Artinya apa, Ganjar bisa mengamankan proses tersebut. Ia bekerja keras memastikan apa yang menjadi tuntutan warga Wadas bisa terpenuhi.

Kemudian ada isu kemiskinan. Ia berkali-berkali disebut sebagai gubernur yang gagal mengentaskan kemiskinan Jawa Tengah.

Isu kemiskinan ini adalah serangan tereceh yang pernah ditembakkan ke Ganjar. Sebab, data BPS Jawa Tengah sendiri telah membuktikan, bahwa sejak ia memimpin, kemiskinan Jateng turun signifikan.

Entah data mana yang dipakai oleh para penyerang Ganjar ini. Sumbernya dipastikan tak valid.

Lalu ada isu banjir. Fenomena ini adalah kejadian menahun. Cuaca buruk yang melanda sebagian besar tanah Jawa membuat Jawa Tengah tergenang. Terendam.

Ganjar lagi-lagi disebut gagal mengurus Jawa Tengah. Mereka mencoba jatuhkan Ganjar memakai narasi konyol seolah menangkal banjir adalah persoalan yang mudah.

Parahnya, isu banjir yang merupakan kehendak alam ini dikait-kaitkan ke keterlibatan oligarki politik.

Gorengan isu ini jelas remeh temeh, dan malah tak masuk akal. Asal tuduh melantung saja. Sebab, fakta-fakta tindakan Ganjar yang turun langsung menangani banjir di akhir tahun 2022 lalu tak ditampilkan.

Ganjar yang mengomandoi pelaksanaan penyedotan air dari rumah pompa, hingga datang ke kamp pengungsian tak disinggung.

Perlu digaris bawahi, bahwa penanganan banjir itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi peristiwa tersebut sudah berlangsung lama, jauh sebelum bangsa ini merdeka.

Yang dilakukan Ganjar hari ini adalah membangun sistem, memperkuat strategi demi manfaat pada masa depan. Ada hasilnya, bukan sekedar pencitraan.

Terakhir, perlu pula disadari bahwa Ganjar ini ditopang oleh kekuatan rakyat. Tingginya rasa cinta rakyat mampu memperkokoh pohon Ganjar kala diterpa angin kencang.

Rakyat tahu bagaimana pemimpin yang layak itu. Rakyat paham bahwa bangsa ini butuh pemimpin yang mau turun langsung, mendengar, menyikapi dan bertindak atas semua keinginan mereka.

Bukan sekedar cuap-cuap sambil duduk manis di belakang meja, tapi hasil tak ada. Kerja tak terasa, seperti nasibnya warga Jakarta yang ditinggal dengan segenap lara.

[Erlangga Seno]